Olah Raga Untuk Anakku…

Waktu kecil, Kenan adalah anak yang menurutku, rapuh secara fisik. Sering sekali dia sakit. Setidaknya sekali dalam sebulan kami harus antarkan dia ke rumah sakit, karena sakit ini dan itu.
Alhasil dia punya banyak dokter langganan, baik itu dokter anak, dokter THT, dokter mata, juga dokter kulit.
Pernah suatu kali dia opname di rumah sakit selama seminggu, lalu setelah pulang dokter memberinya obat untuk diteruskan di rumah. Dan belum lagi obatnya habis, dia sudah sakit yang lain lagi. Sedih rasanya…
Semasa sekolah TK nilai tertinggi di rapornya adalah jumlah hari sakit, bahkan nilainya bisa sampai lebih dari 10… hehehehe..

Menurut dokter, dia tergolong anak alergi. Manifestasi alerginya bervariasi mulai dari problem di kulit, mata, telinga, tenggorokan… plus pencernaan juga sensitif. Tapi kata dokter juga, percuma juga di test alergi, karena jumlah alergen di alam ini terlalu banyak, jadi ibunya sendiri yang harus mengamati dengan teliti, apa apa yang membuat dia sakit. Tentu dia juga ikut sedih, karena aku banyak melarang, ini gak boleh itu gak boleh… yahh.. gimana lagi..
Dokter hanya menasihati agar daya tahan tubuhnya diperkuat dan sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi vitamin namun lebih memperbanyak aktifitas fisik (olah raga) setidaknya lima jam seminggu.

Mendengar nasihat dokter, beberapa kerabatku menyarankan untuk mengikutkan Kenan berenang. Jadilah Kenan les berenang sejak usia 4 tahun. Hanya saja ternyata dia gak suka dengan air. Meski sudah sedikit aku bujuk dan paksa (ehmm..), namun hasil pada kesehatannya tidak terlalu berpengaruh. Tetap aja dia sakit sakitan..
Kemudian baru memasuki usia 6 tahun, Kenan minta ikut latihan taekwondo. Tempat lesnya cukup jauh dari rumah dan waktu latihan malam hari selama dua jam dua kali seminggu, tapi toh demi anak, aku tetap jalani mengantar dan menunggui dia latihan sepulang aku kerja.
Dari olah raga ini, aku baru tahu bahwa olah raga untuk anak sebagai terapi penyembuhan ternyata berbeda beda sesuai karakter fisiknya. Untuk Kenan sendiri, ternyata dia memang tidak kuat dengan olah raga air. Dia mudah kedinginan, dan sama sekali gak nyaman berlama lama di air. Selanjutnya aku juga baca mengenai kisah ibu yang cerita anaknya diangkat menjadi sebuah film “Wonderful Life”, dimana anaknya yang dyslexia juga menjalani olah raga hiking sebagai salah satu terapi penyembuhan. Dari pengalaman, membaca dan sharing beberapa ortu, aku mempelajari bahwa olah raga untuk anak memang banyak sekali manfaatnya. Tidak hanya daya tahan tubuh meningkat, tetapi juga anak latihan sportif, disiplin dan ternyata juga fokus. Tambahan lagi, olah raga yang dipilih pun ternyata juga harus sesuai dengan karakter fisik dan masalah yang dihadapi, dan yang lebih penting adalah olah raga yang dipilih harus disukai oleh anak ybs, karena rasa bahagia dan semangat, bagaimanapun, adalah obat yang paling manjur.
Puji Tuhan, aku bersyukur bahwa sejak Kenan rajin berlatih selama 2 tahun ini, dia jarang sekali mengunjungi rumah sakit untuk berobat. Kalaupun sakit, penyembuhan juga relatif lebih cepat daripada dulu. Semoga dia bisa selalu tumbuh sehat sehingga bisa menggapai mimpi mimpinya dengan happy…

Tinggalkan komentar